Translate

Cerita Candi Prambanan

 




        Candi Prambanan adalah kompleks kuil Hindu terbesar di Indonesia, yang terletak sekitar 18 kilometer timur laut Yogyakarta di Jawa Tengah. Konon candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi oleh Wangsa Sanjaya, yang saat itu memerintah Kerajaan Mataram Kuno.

Prambanan terdiri dari tiga kompleks utama yang dibangun di atas fondasi batu yang kuat. Kompleks pertama adalah kompleks utama, yang terdiri dari tiga candi utama yang menghadap ke barat daya. Candi Siwa adalah candi utama dan yang terbesar, diikuti oleh Candi Brahma dan Candi Wisnu. Ketiga candi ini dianggap sebagai simbol dari Trimurti, yaitu tiga dewa utama dalam kepercayaan Hindu.

Kompleks kedua terletak di sebelah selatan kompleks utama dan terdiri dari sejumlah candi kecil. Beberapa di antaranya dihiasi dengan relief yang menunjukkan kisah-kisah dari epos Ramayana dan Mahabharata, sementara yang lainnya adalah candi penjelajahan.

Kompleks ketiga terletak di sebelah timur laut kompleks utama dan terdiri dari candi-candi kecil yang terletak di sepanjang jalan yang menghubungkan kompleks utama dan kompleks kedua. Kompleks ini dikenal sebagai kompleks Nandini.

Sayangnya, banyak dari candi-candi kecil di kompleks Prambanan mengalami kerusakan yang serius selama gempa bumi besar pada tahun 2006. Namun, upaya restorasi telah dilakukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Candi Prambanan saat ini menjadi salah satu situs sejarah dan pariwisata paling populer di Indonesia dan merupakan Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1991.

Prambanan mengalami masa kejayaan pada abad ke-10, tetapi kemudian mengalami kerusakan akibat bencana alam dan penjarahan. Baru pada abad ke-20, Prambanan direnovasi dan dipugar sehingga kembali menjadi salah satu tempat wisata terpopuler di Indonesia.

Ada beberapa cerita menarik tentang Prambanan yang menjadi bagian dari sejarah dan mitologi Indonesia. Salah satu cerita yang terkenal 

        Terkait dengan Candi Prambanan, salah satunya adalah kisah cinta antara Bandung Bondowoso, seorang pangeran dari Kerajaan Jenggala, dengan Roro Jonggrang, seorang putri dari Kerajaan Prambanan.

Menurut legenda, Bandung Bondowoso jatuh cinta pada Roro Jonggrang dan memutuskan untuk meminta tangan Roro Jonggrang kepada ayahnya, Prabu Baka, yang merupakan raja Kerajaan Prambanan. Namun, Roro Jonggrang menolak lamaran Bandung Bondowoso karena ia tidak ingin menikah dengan pria yang telah membunuh ayahnya, 

Bandung Bondowoso sangat kecewa dan marah karena ditolak Rara Jonggrang.
Rara Jonggrang meminta Bandung Bondowoso untuk membuat seribu candi dalam semalam sebagai syarat untuk menerima cintanya. Rara Jonggrang meminta hal ini dengan maksud agar Bandung Bondowoso gagal dan menyerah pada upaya tersebut, sehingga ia tidak perlu menikahi Bandung Bondowoso.

Namun, Bandung Bondowoso memiliki kekuatan gaib yang memungkinkannya untuk memenuhi permintaan tersebut. Dalam beberapa versi cerita, Bandung Bondowoso dibantu oleh roh-roh penolong yang membuat seribu candi dalam semalam.

Roro Jonggrang kemudian menipu Bandung Bondowoso dengan memerintahkan warga sekitar untuk membuat keributan dengan cara memukul bejana, membuat api unggun, dan meniup terompet. Bandung Bondowoso terkecoh dan percaya bahwa fajar telah tiba, sehingga ia berhenti membuat candi. Rara Jonggrang kemudian menolak untuk menerima cintanya dan meminta Bandung Bondowoso untuk pergi.

Karena merasa tertipu dan sakit hati, Bandung Bondowoso mengutuk Rara Jonggrang menjadi arca terakhir yang dibuat oleh warga sebagai hukuman atas pengkhianatannya. Arca tersebut kemudian menjadi salah satu arca dalam Candi Prambanan

Hingga kini, Rara Jonggrang dianggap sebagai patung yang ditemukan di Candi Sewu, yang terletak di sebelah selatan Prambanan. Kisah cinta tragis ini menjadi legenda yang dikenal oleh masyarakat Jawa dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Prambanan. merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO yang terkenal di Indonesia.

Sejarah Candi Prambanan

        Candi Prambanan adalah sebuah kompleks candi Hindu yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram, yang merupakan kerajaan Hindu-Buddha di Jawa.  

Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram adalah dua dinasti atau kerajaan yang pernah berkuasa di Pulau Jawa pada masa Hindu-Buddha. Wangsa Sanjaya berkuasa sekitar abad ke-8 hingga abad ke-9 di wilayah Kedu, Jawa Tengah, sementara Wangsa Mataram berkuasa sekitar abad ke-9 hingga abad ke-17 di wilayah Medang Kamulan, Jawa Tengah.

Wangsa Sanjaya
        Wangsa Sanjaya adalah sebuah dinasti atau kerajaan yang pernah berkuasa di Jawa pada masa Hindu-Buddha. Dinasti ini berkuasa sekitar abad ke-8 hingga ke-10 Masehi dan terletak di daerah sekitar Kedu dan sebagian wilayah Jawa Tengah.

Raja pertama dari Wangsa Sanjaya adalah Rakai Mataram yang kemudian diteruskan oleh putranya, Sanjaya. Selama masa pemerintahan Sanjaya, agama Hindu-Buddha berkembang pesat di Jawa dan banyak candi dibangun, seperti Candi Kalasan dan Candi Sewu. Selain itu, Sanjaya juga membangun banyak infrastruktur seperti jalan raya dan jaringan irigasi untuk meningkatkan pertanian.

Wangsa Sanjaya dikenal sebagai kerajaan yang sangat maju dalam bidang kebudayaan. Sastra dan puisi berkembang pesat pada masa ini dan banyak karya sastra ditulis dalam bahasa Sanskerta. Beberapa tokoh sastra terkenal pada masa ini antara lain Mpu Sindok, Mpu Tanakung, dan Mpu Sedah. Selain itu, seni rupa juga berkembang dengan dibangunnya candi-candi yang indah dan berbagai patung yang mewakili kebudayaan Hindu-Buddha.

Wangsa Sanjaya runtuh pada akhir abad ke-10 Masehi akibat serangan dari kerajaan Medang dan Kahuripan. Namun, warisan kebudayaan dan sejarah dari Wangsa Sanjaya masih sangat penting dalam sejarah Jawa dan Indonesia. Beberapa peninggalan dari masa Wangsa Sanjaya yang masih terjaga hingga kini antara lain Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sewu.


Wangsa Mataram 

        Wangsa Mataram adalah sebuah dinasti atau kerajaan yang pernah berkuasa di Jawa pada masa Hindu-Buddha dan Islam. Dinasti ini berkuasa sekitar abad ke-8 hingga ke-17 Masehi dan terletak di daerah sekitar Kedu dan sebagian wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Raja pertama dari Wangsa Mataram adalah Rakai Pikatan yang memerintah sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi. Selama masa pemerintahan Rakai Pikatan, agama Hindu-Buddha berkembang pesat di Jawa dan banyak candi dibangun, seperti Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Ngawen. 
Setelah masa pemerintahan Rakai Pikatan, Wangsa Mataram dilanjutkan oleh putranya, Sanjaya, dan kemudian diteruskan oleh keturunannya hingga masa kejayaan Kerajaan Mataram pada abad ke-16. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Mataram berhasil menguasai sebagian besar wilayah Jawa dan dikenal sebagai kerajaan yang sangat kuat. 
Pada abad ke-17, Wangsa Mataram mengalami kemunduran akibat peperangan internal dan serangan dari bangsa Belanda. Pada tahun 1755, Wangsa Mataram resmi runtuh setelah raja terakhirnya, Pakubuwono II, menyerahkan kekuasaannya kepada VOC atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie, perusahaan dagang Belanda di Indonesia. 
Wangsa Mataram dikenal sebagai kerajaan yang sangat maju dalam bidang kebudayaan. Sastra dan puisi berkembang pesat pada masa ini dan banyak karya sastra ditulis dalam bahasa Jawa, seperti Serat Centhini dan Babad Tanah Jawi. Selain itu, seni rupa juga berkembang dengan dibangunnya candi-candi yang indah dan berbagai patung yang mewakili kebudayaan Hindu-Buddha.
Warisan kebudayaan dan sejarah dari Wangsa Mataram masih sangat penting dalam sejarah Jawa dan Indonesia. Beberapa peninggalan dari masa Wangsa Mataram yang masih terjaga hingga kini antara lain Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan Istana Ratu Boko. 


Kedua dinasti tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam sejarah Jawa, terutama dalam bidang agama, seni, dan budaya. Pada masa pemerintahan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram, agama Hindu-Buddha berkembang pesat di Jawa, dan hal ini tercermin dalam arsitektur candi-candi seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang dibangun pada masa tersebut.

Dalam Bidang Agama, Seni, dan Budaya

Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram adalah dua dinasti atau kerajaan yang pernah berkuasa di Pulau Jawa pada masa Hindu-Buddha. Selama masa pemerintahan mereka, agama, seni, dan budaya berkembang pesat di Jawa, dan hal ini tercermin dalam berbagai peninggalan sejarah yang masih terjaga hingga kini.

  • Dalam bidang agama, kedua dinasti tersebut mempraktikkan agama Hindu-Buddha dan menerapkan sistem kasta yang mirip dengan di India. Pada masa tersebut, banyak candi Hindu-Buddha yang dibangun di Jawa, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, yang hingga kini masih menjadi situs suci bagi umat Hindu dan Buddha di Indonesia.
  • Dalam bidang seni, terutama seni rupa, Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seni rupa di Jawa. Seni rupa pada masa itu dipengaruhi oleh seni rupa India dan menunjukkan keindahan yang sangat khas dengan karakteristik yang unik. Beberapa hasil seni rupa yang terkenal pada masa itu antara lain relief dan arca yang ditemukan di dalam candi.
  • Dalam bidang budaya, Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram menerapkan sistem pemerintahan yang baik dan teratur, serta mengembangkan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu, terdapat banyak pengaruh dari budaya India, seperti dalam bidang kesusastraan dan bahasa.

Meskipun kedua dinasti tersebut sudah lama runtuh, namun warisan sejarah dan kebudayaan dari Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram masih dapat kita lihat hingga kini, dan menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia.

Namun, pada akhirnya kedua dinasti tersebut mengalami kemunduran dan runtuh, diikuti oleh masa perkembangan kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Jawa. Meskipun demikian, warisan sejarah dan kebudayaan dari Wangsa Sanjaya dan Wangsa Mataram masih terlihat hingga kini, dan menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia.     

Wangsa Sanjaya merupakan pendiri dari Kerajaan Mataram Kuno yang pertama, sedangkan Wangsa Mataram merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno yang didirikan oleh Rakai Pikatan pada abad ke-8. Kedua dinasti ini dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan makmur pada masanya, dengan membangun berbagai proyek pembangunan seperti irigasi dan jalan raya.


Rakai Pikatan
Rakai Pikatan adalah salah satu raja yang berkuasa di Jawa pada masa Hindu-Buddha. Ia merupakan pendiri dinasti Wangsa Mataram yang berkuasa sekitar abad ke-8 hingga ke-10 Masehi.

Rakai Pikatan dikenal sebagai raja yang cakap dalam menjalin hubungan diplomasi dengan negara-negara tetangga seperti Sriwijaya, Champa, dan Kalingga. Ia berhasil menjaga perdamaian dengan tetangga-tetangganya dan melakukan pernikahan politik untuk memperkuat posisinya di Jawa.

Selama masa pemerintahan Rakai Pikatan, agama Hindu-Buddha berkembang pesat di Jawa. Ia membangun banyak candi seperti Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Ngawen yang masih dapat kita lihat hingga kini. Selain itu, Rakai Pikatan juga membangun istana dan infrastruktur seperti jalan raya dan jaringan irigasi yang membantu meningkatkan pertanian di Jawa.

Rakai Pikatan juga dikenal sebagai tokoh yang mendukung kesenian dan budaya di Jawa. Ia mendukung pengembangan seni rupa dan sastra, serta memfasilitasi pengiriman para pelajar ke India untuk belajar ilmu pengetahuan dan agama.

Setelah wafatnya Rakai Pikatan, Wangsa Mataram dilanjutkan oleh putranya, Sanjaya, dan kemudian diteruskan oleh keturunannya hingga masa kejayaan Kerajaan Mataram pada abad ke-16. Rakai Pikatan merupakan tokoh penting dalam sejarah Jawa dan warisan kebudayaannya masih dapat kita lihat hingga kini.

Sejarawan meyakini bahwa pembangunan Candi Prambanan dimulai pada tahun 850 M dan selesai pada sekitar tahun 900 M. Proses pembangunan candi dilakukan secara bertahap dan diawali dengan pembangunan Candi Siwa pada abad ke-9. Selanjutnya, pembangunan dilanjutkan dengan pembangunan Candi Brahma dan Candi Wisnu. Selama masa pembangunan, candi-candi lain seperti Candi Lumbung dan Candi Bubrah juga dibangun di sekitar kompleks Candi Prambanan.

Tidak ada catatan yang pasti mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun Candi Prambanan secara keseluruhan. Namun, diperkirakan bahwa pembangunannya memakan waktu puluhan tahun.   

Walaupun candi-candi tersebut dibangun pada zaman yang berbeda-beda, tetapi arsitekturnya konsisten dan terlihat sangat indah dan rapi. Keindahan dan keberadaannya yang masih terjaga hingga saat ini, menjadikan Candi Prambanan sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO dan tempat wisata yang populer di Indonesia.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerita Candi Prambanan"

Post a Comment